HOKI DAN KESEHATAN

PALMISTRI, FISIOGNOMI, SHIO, GRAFOLOGI, ZODIAK, HOROSKOP, TAHI LALAT, FRENOLOGI, NUMEROLOGI, FENGSHUI, BAZI, ZIWEI, ASTROLOGI

Nasib Baik dan Nasib Buruk

Posted by Fisiognomi pada 5 Mei 2010

Era Baru, Minggu, 27 Desember 2009 – Orang Timur menyukai ramalan nasib adalah sebuah kenyataan. Silakan tanya ke sahabat maupun kerabat di sekeliling Anda, adakah yang tidak pernah meramalkan nasibnya, entah itu melalui: Ba Zi (baca: pa tse, Delapan Aksara = suatu metode peramalan dari zaman China kuno dengan menggunakan 8 karakter aksara), Zi Wei (sebuah ilmu perbintangan dari zaman China kuno), nujum tangan/wajah, ataukah astronomi, golongan darah, kartu poker, dan lain sebagainya.

Bagi yang pernah diramal nasibnya mestinya bisa merasakan ada sejumlah kecocokan. Apabila Anda seorang otodidak yang memang berminat tinggi tentu mendapati: benar-benar tepat! Bagi saya pribadi yang saat ini sudah melepas sama sekali penelitian terhadap bidang “ilmu pengetahuan” tersebut, justru bukan karena “penghitungan yang tidak tepat”, melainkan karena “telah menghitung dengan akurat”. Di sini secara bertahap akan saya jabarkan mengenai titik kebutaan logika pemikiran yang sering dijumpai dalam proses kehidupan seseorang.

Pertanyaan pertama: nasib anak saya baik atau tidak?

Jawab: Pada masa awal praktek peramalan nasib, dalam menghadapi pertanyaan umum ini sulit sekali menangkalnya, karena diperlukan waktu yang cukup banyak untuk menganalisis, antara lain faktor: isteri, harta, anak dan rezeki; kemuliaan, kekuasaan dan kepangkatan; kesehatan, musibah dan lain-lain, benar-benar melelahkan!

Yang mengherankan ialah hampir tidak ada seorang pun merasa puas dengan “nasib” sendiri. Setelah dipikir-pikir akhirnya menemukan, ternyata definisi setiap orang tentang nasib baik adalah tidak sama, yang dikejar oleh setiap orang juga tidak sama, maka apakah nasib baik itu? Apakah nasib buruk itu?

Dapat dijelaskan titik krusial ini sehingga persoalannya menjadi lebih mudah: yang sesuai dengan harapan adalah bernasib baik, sebaliknya yang bertolak belakang jauh dengan harapan semakin dirasakan bernasib buruk. Oleh karena itu saya selalu balik bertanya: perkembangan kehidupan bagaimanakah yang Anda kehendaki?

Apakah yang ingin Anda dapatkan? Setelah itu sesuai dengan kebutuhan, baru dilihat sebetulnya adakah hal tersebut di dalam nasibnya itu. Dengan demikian beban saya baru menjadi jauh lebih ringan.

Di sini terdapat sebuah permasalahan serius: “nasib” yang bagaimanakah baru terhitung baik? Saya pernah bertanya kepada pasangan yang baru memiliki anak: “Andaikata anak Anda selama hidupnya kaya dan mulia, seumur hidupnya selalu tersedia mobil yang menggantikan langkah kakinya dan ia tak perlu lagi berjalan sendiri, coba katakan baikkah itu?”

Sepasang suami isteri tersebut menjawab berbarengan: “Sangat bagus!” Lalu saya melanjutkan lagi: “Tetapi ia terkena polio anak, seumur hidupnya bakal di atas kursi roda terus.” Kemudian saya bertanya lagi: “Anak Anda selain kaya, penuh kemuliaan juga sehat, hanya kalian harus membesarkannya dengan penuh derita, bagaimanakah pendapat Anda?” Setelah berpikir sebentar suami isteri tersebut berkata: “Mestinya boleh juga!” Kemudian saya berkata: “Dalam semua bidang sesudah ia sukses tidak akan berkaitan dengan kalian”.

Saya bertanya lagi: “Disamping kaya juga mulia dan sehat, selain itu semenjak kecil sudah berbakti, bagaimana?” pasangan tersebut dengan menundukkan kepala berunding sejenak: “Baik sih baik, tetapi…”

Tidak menunggu ia selesai berujar, saya menjawab: “Ia meninggal karena kecelakaan pada usia 45 tahun.” Kedua orang tersebut terdiam lama baru berkata: “Kami tidak ingin lagi meramal nasib, saya hanya berharap ia bisa sehat dan bergembira sudah cukup, tak ada hal lainnya”. Saya berkata: “Kalian masih saja berharap, kalian sendiri masih bingung!”

Banyak orang mengira saya sedang mengarang cerita, dan khusus hendak mempersulit orang lain, sebetulnya bukalah koran atau lihat disekeliling Anda, pasti akan menemukan bahwa bukankah kehidupan itu demikian halnya?

Penderitaan manusia bukankah justru terletak pada tatkala seseorang sedang mengukuhi impian yang dirajutnya sendiri tapi tak mampu mewujudkannya! Setiap orang semestinya merenung sejenak sesungguhnya apa yang Anda harapkan di dalam kehidupan! (Dafa Dizi/The Epoch Times/whs)

(erabaru.net)

Satu Tanggapan to “Nasib Baik dan Nasib Buruk”

  1. […] Nasib Baik dan Nasib Buruk […]

Tinggalkan komentar