HOKI DAN KESEHATAN

PALMISTRI, FISIOGNOMI, SHIO, GRAFOLOGI, ZODIAK, HOROSKOP, TAHI LALAT, FRENOLOGI, NUMEROLOGI, FENGSHUI, BAZI, ZIWEI, ASTROLOGI

Bagaimana Mengubah Takdir

Posted by Fisiognomi pada 13 Maret 2012

Garis Kehidupan

erabaru.net, Sabtu, 10 Maret 2012 – Dalam kitab klasik Tiongkok I Ching atau dikenal kitab perubahan dikatakan bahwa, ”Seseorang harus mendapat kekayaan dan menghindari bencana”.

Lalu jika semua jalan kehidupan sudah ditakdirkan, lalu bagaimana manusia bisa mendapatkan yang baik dan menghindari yang buruk?.

Yuan Liaofan lahir pada masa Dinasti Ming, sekitar 1550, di Propinsi Jiangsu, China, tepatnya di daerah Wujiang. Da adalah berasal dari keluarga miskin. Dia berkeinginan kuat untuk belajar ilmu kedokteran agar kehidupan dan dirinya menjadi lebih baik.

Suatu hari Liofan bertemu dengan peramal kawakan. Peramal itu mengatakan kepadanya bahwa pada tahun berikutnya ia akan melewati tiga ujian tingkat rendah, mempunyai anak, dan meninggal menginjak usia 53 tahun.

Memang benar, pada tahun berikutnya ia lulus dari tiga ujian tingkat rendah, dan 20 tahun kemudian segala sesuatu yang peramal katakan menjadi kenyataan. Hal yang menyakinkan bagi Liaofan adalah nasib seseorang telah ditentukan sebelumnya dan tidak dapat diubah.

Suatu hari Liaofan bertemu dengan Buddha Zen tingkat tinggi dan berkata , “ Anda sungguh hebat. Biasanya orang biasa memiliki banyak gangguan pada pikiran mereka, tetapi anda telah bermeditasi selama tiga hari tanpa gangguan”.

Setelah itu Liaofan bercerita kepada Buddha Zen tentang apa yang peramal katakan kepadanya beberapa tahun yang lalu. Mendengar apa yang diceritakan Liofan, Buddha Zen tertawa dan berkata, “Aku salah mengira anda sebagai pahlawan, tetapi anda hanya orang biasa.”

Buddha Zen mengatakan sebenarnya nasib hanya bisa membatasi orang biasa, tetapi bukan terhadap orang baik atau yang melakukan kejahatan besar. Kemudian Buddha Zen menjelaskan kepada Liaofan tentang prinsip sebab akibat, karma baik dan jahat dan prinsip “Sesuatu yang dapat mengubah takdir dan keberuntungan seseorang”.

Setelah mendengarkan paparan dari Budha Zen, Liaofan memutuskan untuk mengubah hidupnya. Dia berlutut didepan Buddha dan bertobat atas semua kesalahan yang telah diperbuat. Dia berjanji untuk melakukan 3.000 perbuatan baik dan apa yang dilakukan dicatat setiap hari dan kesalahannya dikoreksi satu per satu.

Dua tahun kemudian, Liofan mengalami kemajuan dan telah mengubah apa yang telah peramal katakana kepadanya. Setelah 10 tahun kemudian, ia telah menyelesaikan 3.000 perbuatan baik. Pada saat itu juga, ia karirnya terus meningkat.

Merasakan manfaat dari berbuat baik yang dilakukannya selama ini, dia lantas bersumpah untuk kembali melakukan 3.000 perbuatan baik dan berharap memiliki seorang putra.

Setelah itu, Liofan dianugerahkan seorang putra yang diberi nama Tian-Chi Yuan. Liaofan kemudian memutuskan untuk membaca kitab suci Buddha setiap hari dan berbuat baik.

Saat usianya menginjak 69 tahun, dia menulis empat buah buku untuk diajarkan kepada anaknya dan menjelaskan bahwa meskipun nasib sudah ditakdirkan, seseorang dapat mengubahnya dengan melakukan perbuatan baik. Akhirnya Liaofan meninggal pada usia 74 tahun.

Filsuf Jacques Mono mengatakan, ”Dalam ruang tak terbatas alam semesta, tidak ada seorangpun yang berhak atas takdir seseorang. Manusia harus membuat keputusan sendiri dalam memilih surga atau neraka.”

Pernyataan Mono tidak mutlak benar. Manusia dapat memilih cara hidupnya di masa sekarang, tetapi takdir pada kehidupan ini merupakan hasil dari perbuatan masa lalunya. Manusia terbatas pada takdirnya, kecuali jika telah melakukan perbuatan baik atau jahat. Hal ini pada dasarnya ditentukan oleh keteladanan manusia itu sendiri. (natashe yang/hui/asr)

Tinggalkan komentar